Tuesday, August 07, 2012

Arti sebuah kemenangan posted at Jan 10, '09 11:22 PM in muliply

Disuatu jaman yang jauh, disuatu
tempat yang juga jauh, di dataran
Cina, ketika negara itu masih
berbentuk sebuah monarki. Sebuah
kelompok bersenjata yang dipimpin
oleh seorang yang bijaksana,
mengembara keliling Cina untuk
menciptakan perdamaian. Pimpinan
tersebut selalu menjadi seorang
penengah pada semua pihak yang
bertikai, menjadi seorang negoisator,
mencoba menjadi kelambu diantara
dua nyala mata yang saling
mengancam.
Sebilah baja bisa ditempa untuk
menjadi sebilah keris, namun kadang
hati seseorang bisa lebih keras dan
kaku, dan tak ada empu yang sanggup
melunakkannya. Pada saat perang
adalah satu-satunya pilihan dari dua
kelompok yang sedang bertikai
tersebut, maka sang pemimpin
kelompok bersenjata tadi akan datang
pada kelompok yang lebih lemah,
membantu melawan kelompok yang
lebih kuat, sehingga sedapat mungkin
diantara dua kelompok bertikai
tersebut tercapai keseimbangan
kekuatan. Pemimpin tersebut percaya,
semakin berat sebuah kemenangan
diraih akan menjadikan hati seseorang
menjadi lebih bisa menghargai yang
lain.
Menang tanpa ngasorake, itulah
pepatah jawa yang telah terdengar
dari masa yang juga telah jauh.
Menggema sedemikian hingga saat ini.
Menang tanpa menghinakan yang
kalah, bukanlah berarti suatu bukti
kelemahan, justru sebuah bukti
kebesaran jiwa. Memang hal seperti
itu langka saat ini, namun bukankah
umumnya yang langka itu mahal dan
bernilai? Sejarah yang berkesan yang
kukenal sebagai perwujudan pepatah
ini adalah saat pidato Douglas
MacArthur di atas USS Missouri.
Dengan tanpa tanda pangkat dan
bintang di pakaiannya, dia berkata:
“…But rather it is for us, both
victors and vanquished, to rise to
that higher dignity which alone
befits the sacred purposes we are
about to serve…”
Kita ada di bumi yang sama, saat
senjata-senjata menjadi bisu, dan
perdamaian tercipta, itulah
kemenangan kedua belah pihak,
kemenangan seluruh umat manusia.
Menjadi seorang pemenang, dan
tetap menjaga kepribadian dititik
paling suci adalah lebih berat
daripada mencapai kemenangan itu
sendiri. Kemenangan bukanlah
perubahan yang kita maksud, namun
adalah kesempatan untuk melakukan
perubahan yang telah kita idamkan,
dan kata-kata ini begitu menggema
belakangan ini, kita tahu mengapa.
Kemenangan sendiri bukan sebuah
hasil, itu sebuah proses dengan derap
langkah yang terus menggema
menuju keadaan yang lebih baik.
Kemenangan adalah sebuah sayap
yang terus mengepak, kemenangan
adalah sebuah mesin yang terus
menderu. Kemenangan bukanlah saat
bendera telah ditancapkan di Iwo
Jima, atau ketika proklamasi
dibacakan, kemenangan adalah ketika
kita berhasil menjaga tindakan kita
sesuai dengan harapan dan cita-cita
yang telah ditetapkan. Kita bisa
bercermin apa yang dikatakan
seorang Aristotle pada Iskandar
Zulkarnanen, “Bukanlah sepotong hari
cerah dan seekor burung layang-
layang yang menjadikan sebuah
musim dingin menjadi musim semi”
Namun pada akhirnya kita masih
bertanya, Shinta yang berhasil direbut
Rama sebagai lambang kemenangan
kebenaran melawan
keangkaramurkaan, kenapa mesti
dibakar dan dibuang? Akankah itu
berarti pertanyaan akan terus ada,
seiring dengan kemenangan itu
sendiri?

No comments: