Bantu aku membuang diriku, Aku benci diriku
Aku tahu bahwa aku ini bodoh sekali, tapi kenapa aku masih saja suka berkoar tentang hebatnya aku. Mbok ya aku ini ditegur atau dikasih pelajaran sekalian biar kapok, atau paling tidak kasih saja aku kaca biar anak goblok ini bisa bercermin.
Aduh kenapa sih kamu ? kok kamu gak risih liat orang kayak aku di dunia ini, bukannya aku cuma bisa bikin kotor duniamu saja. Kirim donk aku ketempat dimana tawa tak ada lagi, biar ada cuma sepi. Dan akupun tak akan pernah peduli. Laparku, tangisku, dukaku semua milikku, dan tak pernah aku mengijinkan kamu memilikinya, sebab cuma itu yang aku punya. Masak kamu masih tega merebutnya ?
Biarpun begini aku masih punya hati nurani lho. Aku nggak suka dilangkahi, aku nggak suka dikhianati, aku juga nggak suka cuman jadi alat bagi penguasa untuk cari muka. Yah memang sih aku ini udah nggak punya muka lagi, jadi mereka yang coba manfaatin aku untuk cari muka ya nggak dapat apa-apa. Kasihan deh lu.
Hebatnya lagi, meskipun aku ini bodoh, tolol, pengecut, jelek dan kasta budak, tapi aku ini sombong banget. Aku ini egois banget, aku nggak mau ngertiin adanya bom atom atau perang nuklir. Bahkan tahu nggak waktu bom atom meletus di jepang waktu itu, aku cuman nyantai baca koran kumal tentang wts yang digerebek sampai nyebur got sambil menikmati sedapnya susu yang mulai basi.
Heheheee ada ada saja kamu, kok nanyain pekerjaanku segala. Tapi ya gak apa-apa kok, juga baru kali ini ada pertanyaan macam itu. Aku ini kerjanya gak pasti, mirip aku yang totally nomaden juga. Pagi bisa nyuri, malamnya nggarong, kalau masih ada waktu biasanya nyopet di bus
Udah deh, cepet kamu tulis ini di
Salamku pada pelangi malam yang berkerudung.
No comments:
Post a Comment